Bukan hanya pecinta basket NBA tapi seluruh
dunia olah raga telah mendengar tentang sensasi Jeremy Lin yang telah
mendatangkan kejutan tak henti-hentinya sejak bermain dengan New York Knicks
NBA. Lin bermain sangat hebat sebagai pemain baru.
Lin menjadi topik perbincangan bukan hanya
karena permainannya yang tangguh dan sensasional tapi kerana merupakan pemain
NBA pertama yang lulus dari Harvard dalam 57 tahun yang terakhir dan juga
perjuangan beratnya untuk menanggalkan stereo-tipe sebagai seorang Asia-Amerika
yang bermain di jenjang NBA. Associated Press menyebut Lin "kisah yang paling
mengejutkan dalam NBA" dan popularitasnya telah mengundang banyak pihak untuk
mewawancaranya termasuk David Letterman yang ditolaknya. Di tengah kesibukannya
sekarang, Lin sempat menerima wawancara yang membatasi pertanyaan pada subyek
spiritualitasnya.
Kata Lin dalam wawancara dengan MercuryNews.com,
"Ini adalah platform yang telah diberikan, saya tidak mau memberikan gambaran
yang palsu. Saya mau orang melihat siapa saya dan apa yang telah Allah perbuat
di dalam hidup saya."
Sebelum direkrut untuk bermain dengan Knicks,
Lin dianggap sebelah mata dan memulai karir NBAnya dengan buruk. Penolakan demi
penolakan dialaminya.
Katanya, "Itu suatu perjuangan yang berat.
Daging saya dengan kuat mendorong saya untuk mengeluh. Merengek. Mengeluh. Tapi
sisi lain saya berpikir, 'Tuhan saya maha kuasa...' Itulah bagian yang
menyedihkan. Saat saya melihat kembali, banyak kali saya meragukan Tuhan.
Mengapa saya meragukan Tuhan? Namun, saya pikir itu adalah suatu proses
pertumbuhan."
"Ada kalanya Anda berhadapan dengan gunung dan
Anda memandang gunung itu sebagai lebih besar dari Allah sendiri," kata Lin yang
berpegang pada iman Kristianinya sebagai pedoman hidupnya sejak
kecil.
Bagi Lin, apa yang dijalaninya sekarang adalah
suatu kisah iman, suatu perjuangan indah di mana dia yakin dia akan menang.
Namun yang lebih penting, dia tetap akan baik-baik saja sekalipun dia tidak
menang.
"Saya tidak bermain untuk membuktikan apa-apa
kepada orang lain," kata Lin. "Hal itu mempengaruhi permainan dan sukacita saya
dulu. Saya merasakan saya perlu membuktikan sesuatu. Tapi saya telah menyerahkan
semuanya pada Tuhan. Saya tidak lagi berjuang dengan pendapat orang lain lagi."
Namun butuh perjuangan untuk tiba pada titik
itu, doa-doa panjang dan studi Alkitab yang tak terhitung jumlahnya.Lin juga
konseling ke pendetanya, Stephen Chen.
"Memang sangat sulit. Saya tidak menjanjikan
apa-apa padanya," kata Chen. "Mempercayai apa yang Allah sedang lakukan adalah
suatu pelajaran yang Jeremy terus belajar dan untuk tidak membiarkan hasil
akhirnya menentukan sikap hatinya."
Lin memulai setiap pagi dengan devosi sebelum ke
gym untuk berolahraga. Saat dia mulai khawatir and cemas, ia akan membisikkan
satu ayat.
"Dan kami tahu apa bahwa dalam segala hal, Allah
mengerjakan yang terbaik bagi mereka yang mengasihinya, yang telah dipanggil
untuk tujuannya, " Roma 8.28
Teman-teman yang mengenalnya berkata bahwa dalam
berhadapan dengan gaya hidup NBA, imannya merupakan kompas baginya.
"Di SMA, beberapa dari kami akan berpesta pada
malam Sabtu setelah bermain. Jeremy malah akan mengajarkan Alkitab kepada
anak-anak dan meluangkan waktu bersama keluarganya," kata teman teamnya, Brad
Lehman. "Godaan-godaan itu bukan suatu persoalan bagi dia."
Berhadapan dengan suksesnya yang fenomenal
sekarang, Lin mengakui pergumulan yang dihadapinya. Namun jauh di dalam hatinya,
dia tahu apa yang sedang terjadi itu lebih besar dari dirinya.
"Terdapat begitu banyak godaan untuk berpegang
pada karir sekarang," kata Lin. "Berusaha untuk mengatur dan menentukan setiap
aspek.Tapi itu bukan cara saya sekarang. Saya sedang merenungkan bagaimana untuk
lebih lagi mempercayai Tuhan. Bagaimana saya bisa lebih lagi menyerah padaNya?
Bagaimana saya bisa lebih memuliakanNya.
"Memang ini suatu perjuangan. Tapi saya akan
terus memperjuangkannya."
Dalam beberapa wawancara yang ditemui di
YouTube, saat ditanya apa yang akan dilakukannya setelah karirnya dengan NBA,
Lin berkata bahwa dia ingin menjadi seorang pendeta dan melakukan pekerjaan
amal. Sekalipun dia bermain basket sekarang tapi dia bermain untuk memuliakan
Tuhan, yang tetap merupakan prioritas nomor satunya.
Berikut adalah kutipan wawancaranya dengan Rick
Quan tentang iman dan spiritualitasnya:
Tentang tantangan yang dihadapi sebelum
tiba ke NBA
Lin: Sekali lagi, ada hikmat dan berkat di balik
semua tantangan yang saya hadapi sebelumnya. Saya dapat melihat sidik jari dan
tangan Allah di balik semua yang terjadi. Allah mengatur semuanya dan saya
sangat bersyukur dan diberkati.
Tentang tekanan sebagai kaum minoritas di
NBA.
Lin: Saya berada di bawah banyak tekanan sebelum
saya menyadari bahwa saya bermain untuk Tuhan. Yang jelas, saya mau mewakili
orang Asia-Amerika, Harvard atau semuanya itu, tapi pada akhirnya, panggilan dan
tujuan saya adalah untuk memuliakan Tuhan dalam apa yang saya lakukan. Dan
sekarang, panggilan saya adalah untuk bermain basket. Saya merasa sangat
dimerdekakan, karena saya sekarang tidak bermain untuk audiens tapi untuk Tuhan.
Saya tidak terbeban saat saya ingat untuk apa dan siapa saya bermain. Tuhan
adalah prioritas pertama saya. Saya sadar akan itu dan itu adalah gol saya yang
utama. Dia telah memberkati saya dengan kesempatan ini.
Tentang stereo-tipe bahwa atlet Kristen
itu tidak tangguh.
Lin: Saya tidak pasti itu benar. Tapi saya pikir
tidak. Sebagai atlet, kami kompetitif, dan memang Kekristenan mengajarkan kami
untuk mengasihi, tapi saat kami main, kami main untuk menang. Kami punya tekad
seperti orang lain, sekalipun motivasinya berbeda, itu tidak berarti kami tidak
tangguh.
Apakah Anda berdoa sebelum setiap
laga?
Lin: Ya, tentu saja. Sebelum, selama dan
sesudah. Ini sudah suatu kebiasaan. Karena Tuhan membantu saya dalam segala
sesuatu sepanjang hari. Terdapat begitu banyak contoh yang berbeda bagaimana
saya membutuhkan kasih karunia Tuhan. Jadi saya menemukan diri saya banyak
berdoa. Untuk memastikan pikiran dan hati saya benar. Saya percaya dan
bergantung padaNya. Dan untuk melakukan itu, saya harus banyak berdoa. Kalau
tidak, saya tidak dapat melakukannya.