Setelah kuliah dan berplesiran ke Europa, saya
pindah ke Boston untuk mengejar karir dalam bidang retail. Saya memilih Boston
karena jauh dari keluarga. Sudah waktunya untuk saya mencari jalan saya sendiri.
Secara eksternal, saya kelihatannya baik-baik saja. Saya punya ijazah dan hidup
di kota besar dan mempunyai karir yang bagus. Saya membangun relasi-relasi yang
egois untuk memuaskan diri sendiri dan demi keinginan saya. Saya hidup
seolah-olah Allah tidak ada.
Saya seorang dewasa yang memilih untuk berjalan
meninggalkan Allah. Walaupun kehidupan saya kacau dan tak bermoral, entah
bagaimana saya berhasil lolos dari penjara dan tidak terlalu
terpuruk...setidaknya secara eksternal.
Apa yang terjadi dalam batin itu merupakan kisah
yang berbeda.
Dengan bergulirnya waktu, saya mulai merasa
kosong. Saya merasa kesepian sekalipun keluarga besar saya sangat luar biasa dan
saya punya banyak sekali teman-teman. Saya adalah satu jiwa yang dikelilingi
begitu banyak orang tapi saya terasa begitu putus asa secara batiniah. Ada yang
hilang.
Apa yang sedang saya lakukan dengan hidup
saya ini?
Pertanyaan ini terus menghantui saya. Sekalipun
orang di sekitar saya merasa saya baik-baik saja tapi keberadaan internal saya
sangatlah terasa sia-sia dan membuat saya malu. Saya meraba-raba dalam kegelapan
untuk mencari jalan keluar. Tapi keputus-asaan bagaikan virus yang menulari
seluruh hidup saya.
Saya sedang membangun hidup di atas struktur
kaca - bersinar dan memantulkan cahaya indah tapi satu batu kecil saja dapat
dengan mudah menghancurkan semuanya. Pilihan-pilihan masa lalu saya mulai
memerangkap saya. Hal-hal yang saya anggap menyenangkan itu sekarang menjerat
saya dan secara pelahan-lahan membawa pada kehancuran saya. Salah satu adalah
alkohol.
Saya minum pada awalnya untuk bersenang-senang,
tapi akhirnya saya terjerat. Kekhawatiran dan kecemasan membuat saya minum dan
terus minum. Saya tidak dapat tidur tanpa dimabukkan oleh alkohol. Saat saya
tidak dalam keadaan mabuk, saya akan berbaring di malam hari dan segala sampah
dalam hidup saya akan membanjiri benak saya. Saya tidak akan tenang dan akan
terbaring di tempat tidur memikirkan orang-orang yang telah saya sakiti dan
kebohongan yang sudah saya lakukan. Semua tipu daya, kebohongan, kesombongan,
keangkuhan dan kejahatan yang telah saya lakukan akan muncul silih berganti di
dalam pemikiran saya dan membuat saya resah.
Saya seperti seorang tawanan yang disandera oleh
pemikiran saya; beban rasa bersalah menindas saya, melemahkan roh dan semangat
saya.
Untuk menghindari situasi itu saya akan mencari
orang untuk berpesta pora setiap malam, yang merupakan hal yang tidak terlalu
sulit. Tapi, kadang-kadang tidak ada orang yang dapat menemani saya, jadi saya
akan naik kereta api, kemudian bis. Setelah pulang ke apartmen saya akan duduk
sendiri di sofa, meminum bir dan menonton sampai dini hari. Saya akan tertidur
di sofa. Merangkak bangun saat alarm berbunyi dan berangkat ke tempat kerja. Di
malam hari, saya mulai berpesta lagi. Hidup saya berlanjut dalam keadaan ini.
Saya masuk ke dalam lingkaran setan ini untuk lari dari realita yang ada di
depan saya.
Saya hidup di dunia orang bodoh. Saya hidup
untuk menyenangkan orang yang berpengaruh dan kaya. Seperti seorang badut yang
menghibur orang lain. Seperti badut, saya memasang topeng dan menampilkan
kehidupan yang menyenangkan, berani dan yang lebih dari yang lain. Saya memakai
topeng orang bodoh. Saya menginginkan kasih dan kekuasaan. Media dunia
mencerminkan keinginan saya - seks, makanan dan penghiburan. Tapi seperti badut
yang berjalan di atas tali di tempat tinggi, saya akhirnya jatuh. Dan saat saya
jatuh, saya melihat ke sekitar saya, tidak ada yang memperhatikan. Tidak ada
yang peduli, tidak ada yang menonton pertunjukan ini. Saya bukan saja memakai
topeng orang bodoh tapi sudah menjadi orang yang benar-benar bodoh.
* * *
"Kamu orang percaya."
"Sedang ngomong apa kamu?"
"Kamu orang percaya, benar?"
Saya tidak tahu apa yang sedang dikatakan pria
itu. Saya sedang berada di sebuah klub di Boston di kelilingi oleh suara musik
yang keras dan lampu yang berkedip-kedip. Saya tiga ribu mil dari keluarga dan
orang yang tahu tentang latar belakang saya. Bagaimana orang ini mengenali
saya?
"Kamu orang percaya."
Dengan ragu-ragu saya menjawab, "Iya." Saya
langsung mau pergi dari tempat itu. Tapi jauh di dalam lubuk hati saya, saya
merasa senang - seolah-olah kami terhubung lewat suatu persaudaraan spiritual.
Untuk seketika, saya merasakan suatu penghiburan; yang jelas pria ini seorang
Kristen. Entah bagaimana dia mengenal saya.
Katanya lagi, "Iya, memang saya tahu. Kamu
pengikut Setan. Benar??"
"Huh, apa? Oh tidak! Tidak!" Saya coba untuk
berteriak di tengah-tengah keramaian klub itu.
Pria itu ketawa, berpaling dan meninggalkan
saya.
Saya berdiri terpaku di sana. Apa yang terjadi?
Sesuatu yang supernatural telah berlangsung, walaupun saya tidak tahu apa, atau
kenapa. Apa yang dilihat oleh orang itu yang membuatnya begitu yakin bahwa saya
pengikut Setan?
Di malam itu saya menerima peringatan yang
mengerikan tentang betapa jauhnya saya sudah menyimpang. Tiba-tiba saya melihat
kaitan di antara gaya hidup saya dengan Iblis. Keterikatan saya pada narkoba,
alkohol dan lain-lainnya. Beban rasa bersalah sudah lama menghantui saya.
Tekanan semakin bertambah dalam batin saya. Saya bukan saja harus berhadapan
dengan Allah untuk dosa-dosa saya, tapi sekarang sisi gelap sudah mulai
menunjukkan hadiratnya dalam hidup saya. Di malam itu tiba-tiba saya melihat
dengan jelas sejauh mana saya sudah jatuh. Apakah mungkin masih ada jalan untuk
saya kembali?
Catatan Editor:
Kisah di atas adalah cuplikan dari buku Kehidupan Rahasia seorang Bodoh (A Secret Life of a Fool) oleh Andrew Palau. Andrew Palau adalah anak penginjil dan teolog terkenal Luis Palau. Dia menghabiskan masa remaja dan sebagian kehidupannya memberontak melawan Kekristenan dan Tuhan. Namun, Andrew akhirnya mengalami hal yang membuatnya berubah secara dramatis dan menyerahkan hidupnya pada Allah. Hari ini, dia bersama dua saudaranya berkerja di yayasan ayahnya, Palau Association.
Kisah di atas adalah cuplikan dari buku Kehidupan Rahasia seorang Bodoh (A Secret Life of a Fool) oleh Andrew Palau. Andrew Palau adalah anak penginjil dan teolog terkenal Luis Palau. Dia menghabiskan masa remaja dan sebagian kehidupannya memberontak melawan Kekristenan dan Tuhan. Namun, Andrew akhirnya mengalami hal yang membuatnya berubah secara dramatis dan menyerahkan hidupnya pada Allah. Hari ini, dia bersama dua saudaranya berkerja di yayasan ayahnya, Palau Association.