Kisah-Kisah NyataNatal akan menjelang tiba. Sekalipun memang kelahiran Yesus
Kristus tidaklah dapat dipastikan jatuh pada tanggal 25 Desember tetapi tetap
tidak diragukan bahwa Yesus Kristus pernah dilahirkan oleh anak dara Maria di
suatu tempat di Bethelem pada suatu tanggal lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Hanya karena tanggalnya yang pasti tidak dapat kita tentukan,
apakah itu berarti tidak ada yang harus dirayakan? Kelahiran Yesus Kristus
merupakan suatu mujizat dan kehidupan-Nya juga penuh dengan mujizat. Mujizat
tidak berakhir dengan kematian-Nya yang disusuli oleh kebangkitan - suatu hal
yang masih belum dapat diciplak oleh manusia tidak kira betapa canggihnya
teknologi zaman ini.
Dan mujizat terus terjadi sampai ke hari ini terutamanya di
hari-hari menjelang Natal, bukan karena Tuhan hanya berkarya di musim Natal
tetapi karena agen-agen-Nya, yaitu umat-umat-Nya lebih cenderung untuk membuka
diri menjadi saluran berkat dan kasih bagi orang di sekitarnya pada musim Natal.
Berikut adalah beberapa kisah nyata yang dialami oleh orang-orang biasa karena
tindakan-tindakan kasih oleh orang-orang yang biasa-biasa juga.
Hal-hal yang mendefinisikan semangat Natal adalah hal-hal yang
kita lakukan bagi sesama manusia dan bukannya terang-terang lampu, lagu-lagu dan
hadiah-hadiah yang kita terima. Ingatlah, tindakan kasih dan kemurahan kita bisa
saja menjadi jawaban doa bagi orang lain.
Malaikat yang Berbaju Merah
Dua hari sebelum Natal, Michelle dengan berat hari berbelanja ke toko dekat rumahnya. Sebagai seorang ibu tunggal yang harus membesarkan 5 anak sendirian, hidupnya terasa berat. Ia hanya mempunyai $35 dan kartu ATM-nya sudah diblokir.
Dua hari sebelum Natal, Michelle dengan berat hari berbelanja ke toko dekat rumahnya. Sebagai seorang ibu tunggal yang harus membesarkan 5 anak sendirian, hidupnya terasa berat. Ia hanya mempunyai $35 dan kartu ATM-nya sudah diblokir.
Tetapi ia tahu Natal sangat penting bagi anak-anak. Ia
berusaha untuk membeli bahan-bahan makanan yang murah untuk menyiapkan hidangan
Natal yang sederhana bagi keluarganya. Di meja kassa terkumpul belanjaannya -
kentang, sayuran, daging asinan dan beberapa keperluan untuk membuat hidangan
pencuci mulut bagi anak-anaknya yang kecil. Total yang harus dibayarnya, $85.24.
Ia coba menggunakan kartu ATM-nya. Seperti yang diduga, kartunya ditolak. Di
belakangnya antrian sudah panjang dan banyak muka-muka yang sudah tidak sabar
lagi. Ia mengigit bibirnya dan berusaha untuk menahan air matanya dari menetes.
Anak bungsunya yang berumur dua tahun mulai merengek sambil menarik-narik lengan
bajunya.
Michelle mulai mengurangi barang belanjaannya, daging asin
dikembalikan ke dalam keranjang. "Air mata saya mulai menetes. Saya merasa
malu." Tiba-tiba seorang wanita muda yang berdiri di belakangnya menepuk-nepuk
bahunya. Di waktu yang bersamaan, kasir mengembalikan barang belanjaannya sambil
berkata, "Hari ini Anda beruntung". Saya kaget, "Apa?"
Ia mengangguk kepada wanita cantik yang berbusana merah yang
tadinya menepuk bahu saya, dan berkata, "Udah dibayar oleh dia."
Saya tidak tahu harus berkata apa dan saya hanya memandang
padanya dan berkata, "Terima kasih."
Malaikat yang berbaju merah itu berkata, "Nga masalah, saya
juga pernah mengalami waktu-waktu sulit. Selamat Natal.’
Sang kasir, Cynthia Pousinho berkata, "Kami semua merasa
terharu. Wanita yang berbelanja itu (Michelle) menangis, teman saya yang
membantu mengepak barang belanjaan turut menangis. Tetapi wanita yang membayar
itu tidak menganggap apa yang dilakukannya sesuatu yang luar biasa. Ia hanya
berkata, "Saya tahu bagaimana rasanya, dan menyodorkan selembar $100."
Michelle merasa bahwa ia seperti sedang bermimpi. "Saya
terkejut dan terharu. Hal-hal seperti ini tidak terjadi. Saya berpikir, "Memang
Tuhan ada. Saya harap wanita itu tahu betapa berartinya apa yang telah dia
lakukan buat kami...kami sangat menghargai apa yang telah ia lakukan."
Itulah yang Yesus mau saya lakukan...Pertengkaran
dengan istrinya membuat hati Dan resah dan pikirannya berkecamuk. Untuk
menenangkan diri ia memutuskan untuk mengelilingi kota dengan sepeda motornya.
Tidak lama setelah memasuki jalan tol ia melihat saya mendorong sepeda motor
karena ban belakang motor saya kempis. Dan melambaikan tangan ke arah saya, pada
awalnya saya pikir ia sedang mengolok saya. Tetapi ternyata ia keluar dari tol
dan masuk kembali di arah yang berlawanan dan menghampiri saya. Setelah
mengecek keadaan ban yang kempis itu, Dan menawarkan untuk kembali ke rumahnya
dan membawa mobil gerbong untuk mengeluarkan sepeda motor saya dari jalan tol.
Jarak rumahnya dari jalan tol itu sekitar 30 km dan saya agak kaget kenapa ia
mau melakukan itu padahal saya tidak dikenalnya.
Setelah menunggu sekitar 1 jam, Dan kembali dan menaikkan
sepeda motor ke dalam mobil gerbong yang dipinjam dari temannya. Dalam
perjalanan ke tempat tinggalnya kami sempat obrol dari situlah saya tahu namanya
Dan dan ia seorang Kristen. Ia berkata bahwa ia membantu saya karena ia pikir
itulah yang Yesus mau dia lakukan.
Dan bukan saja membawa sepeda motor saya ke kota tempat
tinggalnya tapi menawarkan untuk menghantar saya ke rumah saya yang jaraknya
sekitar 45 km dari kotanya. Berarti Dan harus menempuh perjalanan selama 90 km
pulang-pergi hanya untuk menghantar saya. Keesokan harinya ia menelepon saya dan
memberitahu saya bahwa ia telah menambal ban saya yang kempis itu! Waktu saya
mengambil sepeda motor saya Dan menolak untuk menerima bayaran padahal pasti ia
telah menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk menambal ban saya. Belum lagi
uang bensin yang harus ditanggungnya karena menghantar saya pulang kemarin.
Setelah peristiwa ini kami sempat beberapa kali obrol di
telpon tetapi setelah itu kami masing-masing sibuk dan kehilangan jejak.
Sekarang saya tidak tahu di mana Dan tinggal. Tapi saya mau mengucapkan terima
kasih kepadanya jika ia sempat membaca ini. Kebaikan dan kemurahan hatinya
terhadap seorang yang sama sekali tidak dikenalnya sangatlah dihargai!
Lingkaran kasihOleh Jon, Kampala Uganda
Ibu saya telah memberitahu saya dan Karin, adik saya bahwa
Natal tahun ini akan sangat sederhana, kami hanya akan mendapatkan satu hadiah
kecil dan tidak akan ada perayaan istimewa. Ayah kami baru saja meninggalkan
kami dan kami tinggal jauh dari sanak saudara, jauh dari teman-teman, ibu tidak
punya penghasilan tetap dan kami juga tidak punya banyak harapan bagi masa depan
kami. Bagaimanapun, setiap malam saya berdoa untuk mujizat terjadi.
Pada malam menjelang Natal, kami mendengar bunyi ketukan
pintu, ibu dan saya keluar ke serambi kecil di depan rumah kami. Kami melihat
dua pria dengan dua keranjang besar yang dipenuhi oleh makanan dan
hadiah-hadiah. Air mata ibu mulai mengalir, air mata sukacita dan mungkin juga
sedikit kesedihan. Ia dibanjiri rasa tidak percaya. Karin dan saya cukup senang
karena tidak menyangka kami akan mendapat hadiah yang begitu banyak. Ternyata
kedua pria itu adalah tetangga kami, dan walaupun kami tidak begitu saling kenal
tetapi mereka merasakan bahwa kami membutuhkan bantuan dan mereka mau melakukan
sesuatu supaya Natal kami terasa spesial. Kami menerima makanan, gula-gula,
kueh-kueh kering, mainan dan berbagai hadiah yang lain.
Sekarang banyak tahun sudah berlalu, dan saya sedang melewati
daerah kumuh di Kampala, Uganda. Saya di sini untuk membantu membangun sekolah.
Hujan baru saja berhenti dan jalan dipenuhi lumpur kotor yang berwarna merah
tua. Di arah yang berlawanan saya melihat seorang wanita berjalan bertatah-tatih
sambil memegang sepatu untuk melindungi sepatunya dari lumpur. Saya memandang
wajahnya dan mata kami bertemu. Secara instan saya tahu, saya tidak mengerti
bagaimana saya tahu tetapi informasi itu datang begitu saja. Dan hal ini bukan
hanya terjadi kali ini. Saya tahu wanita itu sedang mencari pekerjaan dan ia
membutuhkan uang untuk membiayai hidup keluarganya. Saya berhenti sejenak dan
memandang ke dia. Ia memakai pakaian yang dibeli dari pasar yang menjual pakaian
rombengan. Dan besar kemungkinan itulah pakaian terbaik yang dimilikinya.
Saya bertanya kepada dia, "Anda tidak punya uang transpor ya?"
Ia mengangguk, "Saya tidak punya makanan untuk anak-anak saya." Saya merogoh
kocek dan mengeluarkan uang $50 dan juga memberikan uang receh untuknya naik
angkutan umum. Uang $50 cukup untuk dia membeli makanan bagi keluarganya selama
sebulan.
Seraya saya memberikan uang itu kepadanya, ia menangis dan
memberitahu saya ia tidak seharusnya menerima uang itu, tetapi ia terpaksa, dan
ia akan mendoakan saya. Katanya lagi, "Pagi tadi saya berdoa untuk mujizat,
untuk suatu tanda dan siangnya saya bertemu Anda."
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami masing-masing. Ia
bersukacita dengan jawaban doanya dan saya merenungkan apa yang baru saya alami,
apa yang baru saja kami alami. Saya menyadari bahwa saya baru saja
mengambil bagian di dalam satu rencana ilahi, satu lingkaran yang berjalan terus
yang mengizinkan mujizat untuk terus berlangsung. Dulu saya menerima dan berkat
anugerah-Nya, sekarang saya mampu untuk memberi.
(Malaikat Berbaju Merah, berdasarkan Christmas Miracles,
New Standard, 1996. Itulah yang Yesus mau saya lakukan...berdasarkan
sharing oleh Anonim di website Random Acts of Kindness.)